Le crypte a
la fin. Le mur est un support et me sert de tabula rasa.
The script has come to an end. (Now) the wall becomes a support
and serve me as a blank slate.
A blank
slate. Joseph Kosuth memajang
tulisannya ini - dengan instalasi lampu neon ciri khasnya- di bagian bawah
Museum Louvre. Di lantai dasarnya lebih tepatnya jika kita masuk dari
sayap Sully. Bekas-bekas penggalian Kastil Louvre yang megahnya keterlaluan ini
memberikan perspektif yang mengajak saya menengok ke belakang, ke penggalian
sejarah manusia – khususnya seni -; mengenal masa lalu, demi membantu kita yang
secara konstan bingung dan kehilangan orientasi di masa sekarang.
Kebingungan
dan disorientasi ini yang membuat saya menulis lagi, dengan cara yang
berbeda. Kalau dulu saya menulis diam-diam sambil berharap kalau ada yang
membacanya, sedikit senang kalau statistik pengunjung meningkat atau ada yang
membagi-nya di media sosial lain; sekarang saya justru ingin ada yang membaca
cerita-cerita saya.
Enam bulan ke
belakang, saat saya kembali masuk ke dunia belajar lagi, saya kembali ingin
bercerita sebanyak-banyaknya tentang apa yang saya dapat, lihat, dan rasakan.
Kali ini bukan lagi tentang rasa orang yang saya cintai, tetapi tentang
pikiran-pikiran yang membuncah di kepala saya dan saya sudah tidak bisa lagi
mendiamkannya.
Semuanya
harus saya keluarkan, karena Adorno, Benjamin, dan kue lemon yang dijual nyonya
tua di pojokan Borough Market menari-nari di kepala saya dan saya tidak ingin melupakannya; dan saya
tidak ingin menyimpan percikan-percikan yang mereka tinggalkan. London,
2014.
Rs.